Selepung (Analogi Sebuah Invensi)

9 06 2010

Pernah baca novel Pippi Langstrump (a.k.a Pippi Longstocking atau artinya Pippi si Kaus Kaki Panjang) karangan Astrid Lindgren?

Dulu saya pernah membaca salah satu serinya, yaitu Pippi di Negeri Taka-Tuka.

Saya menemukan sesuatu yang menarik di sana, ceritanya begini :

Pippi adalah seorang anak yg senang memakai kaus kaki panjang bergaris-garis, memiliki rambut panjang berwarna pirang, dan sering dikepang dua kanan-kiri, dan memiliki bintik-bintik merah di kedua pipinya. Pippi seorang anak yg selalu ingin tahu, terkadang jahil, dan membuat kesal orang lain.

Nah, salah satu bab novel tersebut berjudul : Pippi menemukan Selepung

Saya mencarinya di google books, dan ternyata ada lho, hohohoho… πŸ˜€

Kalo mau baca selengkapnya ada di :

http://books.google.co.id/books?id=zQE_bTEM_D8C&pg=PA32&dq=selepung&ei=ZV8OTJTEPKaIkAS00c2lCQ&cd=1#v=onepage&q=selepung&f=false

Hasil googling kata ‘selepung’ ternyata bisa baca e-booknya πŸ˜€

Hal menarik pada cerita tersebut adalah seorang anak yang menemukan sesuatu hal yang baru kemudian diapresiasi oleh dirinya dan lingkungannya, walaupun belum jelas diketahui apakah kegunaan kata ‘selepung’ itu. Tapi kemudian dengan keyakinan yang besar dia mencari tahu lebih lanjut tentang ‘temuan’nya itu. Tak peduli dimanapun ia harus mencarinya.

Mungkin mental seperti itulah yang dimiliki para penemu, peneliti, desainer, atau pekerjaan lain yang membutuhkan ketahanan diri yang tinggi dalam memperoleh suatu kebaruan. Bukankah sebuah invention sangat berarti dan dapat memunculkan invention lainnya atau pengembangan daripadanya yang dinamakan inovation?

Saya jadi teringat perkataan dosen saya pada mata kuliah HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) di Desain Produk ITB, Bapak Rizky Adiwilaga (seorang konsultan, praktisi HaKI, dan spesialis design protection dalam bidangnya) : HaKI adalah kekayaan yang dapat diperbaharui, tidak akan habis, dan sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Jepang misalnya, menjadi negara terkaya kedua di dunia karena banyaknya HaKI yang didaftarkan (baik itu paten, hak cipta, desain industri, atau yang lainnya).

Jepang mengalami defisit sekitar 4000000000000 Yen dalam hal perdagangan teknologi sedangkan aplikasi paten domestik di Jepang dihitung sebanyak 4.400.000 dalam dekade (1986-1995)

Sumber : http://www.jpo.go.jp/shiryou_e/toushin_e/kenkyukai_e/rep21eng.doc

Pemerintah Jepang sangat aktif dalam pembiayaan riset yang dilakukan oleh lembaga-lembaga atau perguruan tinggi di negaranya. Kepedulian Pemerintah Jepang didasari pemahaman akan pentingnya sebuah invensi ataupun inovasi.

Saya kira mencontoh kebaikan dari orang lain untuk kita tiru sangat baik. Walaupun sumber daya alam negara Jepang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia, terkadang kita terlalu merasa cukup dengan itu. Masih terngiang-ngiang lagu ‘Kolam Susu’-nya Koes Plus. Semoga puji-pujian akan kekayaan negeri khatulistiwa tidak membuat kita berbangga hati dan berhenti berinovasi dan ber’invensi’.

Selamat berinovasi dan ber’invensi’ kawan!

INOVATION AWARENESS CAMPAIGN πŸ˜€


Actions

Information

Leave a comment